Kalimat Efektif
KALIMAT EFEKTIF
A.
PENDAHULUAN
Kalimat tidak cukup dipahami hanya
sebagai satuan kebahasaan terkecil yakni sekadar unsur subjek dan unsur
predikat saja untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang utuh. Akan tetapi, sebuah
kalimat dapat dikatakan efektif apabila seseorang dapat memahami kembali
gagasan atau ide yang disampaikan oleh penulis atau pembicara, persis sama
dengan ide atau gagasan yang dipahami pembaca atau pendengarnya.
Jadi dengan kalimat efektif, ide
atau gagasan penulis akan dapat diterima secara utuh, maka kalimat efektif sangatlah
penting dalam karang mengarang atau tulis menulis, seperti berupa laporan,
skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam tulisan ini pemakalah akan
membahas tentang pengertian kalimat efektif,
ciri-ciri kalimat efektif, dan analisis kesalahan kalimat dalam tesis.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kalimat Efektif
Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang
merupakan gabungan kata dasar effect yang berarti pengaruh, dan –ive
adalah sebagai bentuk kata sifat. Jadi pengertian efektif itu sendiri
berpadanan dengan kata bahasa Indonesia yaitu berdaya guna atau mangkus.[2]
Menurut istilah beberapa pakar bahasa seperti Keraf, Parera dan
Semi, bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan gagasan yang
sama tepatnya, baik dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.[3]
Dalam buku yang berjudul Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi
karya Kunjana Rahardi bahwa, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis sama
dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya.[4]
Sementara dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I karya
Dendy Sugono, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.[5]
Jadi, dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan atau
pikiran yang sama pada pembaca atau pendengar sebagaimana yang ada pada pikiran
penulis atau pembicara.
2.
Ciri-ciri Utama Kalimat Efektif
Dalam buku Yunita T. Winarto, dkk, yang berjudul Karya Tulis
Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, bahwa ada enam ciri-ciri
utama kalimat efektif yang diberikan oleh seorang pakar bahasa yakni Keraf,
diantaranya:
a.
Kesatuan gagasan,
maksudnya keseimbangan antara gagasan, pikiran dan struktur bahasa kalimat yang
digunakan, seperti tidak memiliki subjek ganda (lebih dari satu subjek di dalam
sebuah kalimat), tidak menggunakan tanda baca yang tidak tepat, menggunakan kata
sambung dan kata depan yang tidak tepat.[6]
Contoh:
1)
Subjek ganda
Kalimat tidak efektif : Semua ulama dan orang Islam sepakat
bahwa orang yang menentang kewajiban ini atau meragukannya, maka ia
belum dikatakan sebagai seorang muslim, karena shalat termasuk rukun Islam.[7]
Kalimat efektif :
Semua ulama dan orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban
atau meragukannya, maka belum dikatakan sebagai seorang muslim, karena shalat
termasuk rukun Islam.
Kalimat tidak efektif : Hadis
merupakan segala hal yang berasal dari nabi dapat diyakini bahwa ia juga
wahyu Allah SWT.[8]
Kalimat efektif : Hadis merupakan segala hal yang berasal
dari nabi dapat diyakini juga sebagai wahyu Allah SWT.
2)
Salah menempatkan tanda baca
Kalimat
tidak efektif : Terkait dengan hadis-hadis misoginis, kini
banyak intelektual muslim terutama yang pro-feminisme menawarkan adanya
pemahaman ulang terhadap hadis yang “membenci perempuan”. Karena proses “pembencian
itu telah berlangsung lama dan mengendap dalam kenyakinan umat Islam.[9]
Kalimat
efektif : Terkait dengan hadis-hadis misoginis, kini
banyak intelektual muslim terutama yang pro-feminisme menawarkan adanya
pemahaman ulang terhadap hadis yang “membenci perempuan”, karena proses
pembencian itu telah berlangsung lama dan mengendap dalam kenyakinan umat
Islam.
3)
Menggunakan kata sambung yang tidak tepat
Kalimat
tidak efektif : Adapun hadis adalah sumber hukum
kedua, yang validitas dan otentisitasnya masih perlu dikaji.[10]
Kalimat
efektif : Adapun hadis merupakan sumber hukum kedua,
yang validitas dan otentisitasnya masih perlu dikaji.
b.
Kepaduan,
maksudnya bentuk bahasa yang digunakan bersatu (tidak terpecah belah), dan
memiliki daya rekat (lem) antara
kelompok kata dalam membentuk sebuah kalimat. Ketidakpaduan sebuah kalimat dapat
diakibatkan oleh hal-hal seperti penggunaan tanda baca yang tidak tepat, dan
penggunaan kata penghubung dan kata depan yang tidak tepat.[11]
Contoh:
1)
Menggunakan tanda baca yang tidak tepat
Kalimat tidak efektif : Men-ta’wil-kan
hadis yang sudah sampai pada tingkat mutawatir, jangan sembarangan. Seperti
halnya men-takwil-kan
fitnah Dajjal yang sebelah matanya buta disamakan dengan peradaban Barat yang
berkiprah masa kini sebagai peradaban buta.[12]
Kalimat efektif :
Men-ta’wil-kan hadis yang sudah sampai pada tingkat mutawatir jangan
sembarangan, seperti halnya men-takwil-kan fitnah Dajjal yang sebelah
matanya buta disamakan dengan peradaban Barat yang berkiprah masa kini sebagai
peradaban buta.
2)
Menggunakan kata penghubung dan kata depan yang tidak tepat
Kalimat
tidak efektif : Oleh karena itu, menurut penulis
penting mengetahui respon Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah terhadap isu-isu
tentang perempuan yang dimanifestasikan dalam pemahaman terhadap hadis-hadis
yang berkaitan dengan peremuan, khususnya yang terkesan misoginis. Dengan
demikian dapat diketahui pemikiran-pemikiran mereka tentang hak dan
kewajiban perempuan dalam Islam.[13]
Kalimat
efektif : Oleh karena itu, respon
Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah terhadap isu-isu tentang perempuan penting
dimanifestasikan dalam pemahaman terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan
peremuan, khususnya yang terkesan misoginis, demikian dapat diketahui pemikiran-pemikiran
mereka tentang hak dan kewajiban perempuan dalam Islam.
c.
Penekanan,
maksudnya kalimat harus dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan dengan
membuat penekanan atau harus ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Caranya dengan
mempergunakan partikel penekanan, seperti: lah, pun, dan kah.
Contoh:
Kalimat
tidak efektif : Sepertinya
inilah yang menjadi alasan bagi para ulama berpendapat bahwa shalat sunat
sebelum shalat Maghrib itu tidak penting sehingga tidak perlu diamalkan karena
mereka memahami bahwa Rasul sendiri tidak pernah mengamalkannya.[14]
Kalimat
efektif : Inilah yang menjadi alasan bagi para ulama
berpendapat bahwa shalat sunat sebelum shalat Maghrib itu tidak penting
sehingga tidak perlu diamalkan karena mereka memahami bahwa Rasul sendiri tidak
pernah mengamalkannya.
d.
Variasi,
merupakan upaya untuk menganekaragamkan bentuk bahasa agar tetap terpelihara
minat dan perhatian pembaca, misalnya dengan mengadakan variasi panjang pendek
kalimat, sehingga tidak melelahkan pembaca.[15]
Contoh:
Kalimat
tidak efektif : Kata “kunnaa”
(kami benar-benar) pada redaksi di atas menimbulkan persoalan baru bagi penulis
yaitu apakah kata tersebut bisa dipahami bahwa para sahabat mengerjakan shalat
sunat tersebut secara rutin atau tidak? Ini tentunya memerlukan pemahaman
terhadap kata tersebut dengan melihat informasi yang terdapat pada hadis-hadis
yang semakna.[16]
Kalimat
efektif : Kata “kunnaa”
(kami benar-benar) pada redaksi di atas, menimbulkan persoalan baru bagi
penulis, yaitu apakah kata tersebut bisa dipahami bahwa para sahabat
mengerjakan shalat sunat tersebut secara rutin atau tidak? Ini tentunya
memerlukan pemahaman terhadap kata tersebut dengan melihat informasi yang
terdapat pada hadis-hadis yang semakna.
e.
Kehematan kata,
maksudnya dalam membuat kalimat efektif harus menghindari kata-kata mubazir
dalam membuat keterangan yang menyatakan jumlah banyak, seperti beberapa,
banyak, dan para. Jadi, kalau memang kalimat itu dapat dipahami
pendek, kenapa harus dibuat berpanjang-panjang.[17]
Contoh:
Kalimat
tidak efektif : Melalui telaah-telaah hadis, para guru dan murid-murid
dalam jaringan ulama tersebut menjadi terhubung satu sama lain.[18]
Kalimat
efektif : Melalui telaah-telaah hadis, para guru dan murid
dalam jaringan ulama tersebut menjadi terhubung satu sama lain.
Kalimat
tidak efektif : Banyak guru-guru dan murid-murid yang
mengungsi ke Bukittinggi.[19]
Kalimat
efektif : Banyak guru dan murid yang mengungsi ke
Bukittinggi.
f.
Penalaran,
adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan untuk
menuju pada suatu simpulan yang masuk akal, seperti pemakaian kata-kata yang
tidak serasi dan pengelompokannya yang tidak logis (tidak masuk akal).[20]
Contoh:
Kalimat
tidak efektif : Shalat merupakan ibadah paling agung yang
diajarkan kepada manusia, baik dengan ucapan, perbuatan, maupun ketetapan
Rasulullah SAW.[21]
Kalimat
efektif : Shalat merupakan ibadah agung yang
diajarkan kepada manusia, baik dengan ucapan, maupun perbuatan Rasulullah SAW.
C.
PENUTUP
Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan
atau pikiran yang sama pada pembaca atau pendengar sebagaimana yang ada pada
pikiran penulis atau pembicara. Adapun ciri-ciri kalimat efektif itu adalah
memiliki kesatuan gagasan, kepaduan makna, penekanan kata, variasi kalimat,
kehematan kata, dan penalaran.
[1] Mahasiswa
Program Magister (S.2) Konsentrasi Ilmu Hadis Pascasarjana IAIN Imam Bonjol
Padang
[2]
Zulfahmi HB, Aplikasi Bahasa Indonesia, (Padang: IAIN IB Press, 1999),
Cet. II, h. 61
[3] Yunita
T. Winarto, dkk, Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis, dan
Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 2007), Cet. I,
hal. 131
[4]
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h. 93. Lihat juga dalam buku Kunjana Rahardi, Penyutingan
Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 129
[5]
Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I, (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2007),
h. 91
[6] Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h.
132-133
[7]
Syamsul Falah, Tesis: Studi Pemahaman Hadis-hadis tentang Shalat Sunat
sebelum Shalat Magrib, (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2009),
h. 3
[8]
Rifkul Manan, Tesis: Pemahaman Hadis tentang Sutrah Shalat, (Padang:
Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2015), h. 1
[9] Melia
Novera, Tesis: Analisis Pemahaman Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah
terhadap Hadis-hadis Misoginis, (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB
Padang, 2016), h. 7
[10]
Febriyeni, Tesis: Studi Pemahaman Tokoh Hadis Sumatera Barat (Prof. H.
Mahmud Yunus dan H. Mawardi Muhammad), (Padang: Program Pascasarjana IAIN
IB Padang, 2015), h. 1
[11] Yunita
T. Winarto, dkk, op. cit, h. 131
[12]
Syamsul Falah, op. cit, h. 47
[13] Melia
Novera., op. cit, h. 5-6
[14] Syamsul
Falah, op. cit, h. 9
[15] Yunita
T. Winarto, dkk, op. cit, h. 141
[16] Syamsul
Falah, op. cit, h. 12
[17] Yunita
T. Winarto, dkk, op. cit, h. 139
[18] Melia
Novera, op. cit, h. 2
[19]
Febriyeni, op. cit, h. 51
[20]
Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 132 dan 142
[21] Syamsul
Falah, op. cit, h. 1
Komentar
Posting Komentar