Kalimat Efektif


KALIMAT EFEKTIF
Oleh: Edriagus Saputra[1]
A.    PENDAHULUAN
Kalimat tidak cukup dipahami hanya sebagai satuan kebahasaan terkecil yakni sekadar unsur subjek dan unsur predikat saja untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang utuh. Akan tetapi, sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila seseorang dapat memahami kembali gagasan atau ide yang disampaikan oleh penulis atau pembicara, persis sama dengan ide atau gagasan yang dipahami pembaca atau pendengarnya.
Jadi dengan kalimat efektif, ide atau gagasan penulis akan dapat diterima secara utuh, maka kalimat efektif sangatlah penting dalam karang mengarang atau tulis menulis, seperti berupa laporan, skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam tulisan ini pemakalah akan membahas tentang pengertian kalimat efektif,  ciri-ciri kalimat efektif, dan analisis kesalahan kalimat dalam tesis.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kalimat Efektif
Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang merupakan gabungan kata dasar effect yang berarti pengaruh, dan –ive adalah sebagai bentuk kata sifat. Jadi pengertian efektif itu sendiri berpadanan dengan kata bahasa Indonesia yaitu berdaya guna atau mangkus.[2]
Menurut istilah beberapa pakar bahasa seperti Keraf, Parera dan Semi, bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, baik dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.[3]
Dalam buku yang berjudul Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi karya Kunjana Rahardi bahwa, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis sama dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya.[4]
Sementara dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I karya Dendy Sugono, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.[5]
Jadi, dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan atau pikiran yang sama pada pembaca atau pendengar sebagaimana yang ada pada pikiran penulis atau pembicara.
2.      Ciri-ciri Utama Kalimat Efektif
Dalam buku Yunita T. Winarto, dkk, yang berjudul Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, bahwa ada enam ciri-ciri utama kalimat efektif yang diberikan oleh seorang pakar bahasa yakni Keraf, diantaranya:
a.      Kesatuan gagasan, maksudnya keseimbangan antara gagasan, pikiran dan struktur bahasa kalimat yang digunakan, seperti tidak memiliki subjek ganda (lebih dari satu subjek di dalam sebuah kalimat), tidak menggunakan tanda baca yang tidak tepat, menggunakan kata sambung dan kata depan yang tidak tepat.[6]
Contoh:
1)      Subjek ganda
Kalimat tidak efektif : Semua ulama dan orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban ini atau meragukannya, maka ia belum dikatakan sebagai seorang muslim, karena shalat termasuk rukun Islam.[7]
Kalimat efektif               : Semua ulama dan orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban atau meragukannya, maka belum dikatakan sebagai seorang muslim, karena shalat termasuk rukun Islam.
Kalimat tidak efektif   :    Hadis merupakan segala hal yang berasal dari nabi dapat diyakini bahwa ia juga wahyu Allah SWT.[8]
Kalimat efektif               : Hadis merupakan segala hal yang berasal dari nabi dapat diyakini juga sebagai wahyu Allah SWT.
2)      Salah menempatkan tanda baca
Kalimat tidak efektif     :  Terkait dengan hadis-hadis misoginis, kini banyak intelektual muslim terutama yang pro-feminisme menawarkan adanya pemahaman ulang terhadap hadis yang “membenci perempuan”. Karena proses “pembencian itu telah berlangsung lama dan mengendap dalam kenyakinan umat Islam.[9]
Kalimat efektif               :  Terkait dengan hadis-hadis misoginis, kini banyak intelektual muslim terutama yang pro-feminisme menawarkan adanya pemahaman ulang terhadap hadis yang “membenci perempuan”, karena proses pembencian itu telah berlangsung lama dan mengendap dalam kenyakinan umat Islam.
3)      Menggunakan kata sambung yang tidak tepat
Kalimat tidak efektif     :  Adapun hadis adalah sumber hukum kedua, yang validitas dan otentisitasnya masih perlu dikaji.[10]
Kalimat efektif               :  Adapun hadis merupakan sumber hukum kedua, yang validitas dan otentisitasnya masih perlu dikaji.
b.      Kepaduan, maksudnya bentuk bahasa yang digunakan bersatu (tidak terpecah belah), dan memiliki  daya rekat (lem) antara kelompok kata dalam membentuk sebuah kalimat. Ketidakpaduan sebuah kalimat dapat diakibatkan oleh hal-hal seperti penggunaan tanda baca yang tidak tepat, dan penggunaan kata penghubung dan kata depan yang tidak tepat.[11]
Contoh:
1)      Menggunakan tanda baca yang tidak tepat
Kalimat tidak efektif     : Men-ta’wil-kan hadis yang sudah sampai pada tingkat mutawatir, jangan sembarangan. Seperti halnya                 men-takwil-kan fitnah Dajjal yang sebelah matanya buta disamakan dengan peradaban Barat yang berkiprah masa kini sebagai peradaban buta.[12]
Kalimat efektif               : Men-ta’wil-kan hadis yang sudah sampai pada tingkat mutawatir jangan sembarangan, seperti halnya men-takwil-kan fitnah Dajjal yang sebelah matanya buta disamakan dengan peradaban Barat yang berkiprah masa kini sebagai peradaban buta.
2)      Menggunakan kata penghubung dan kata depan yang tidak tepat
Kalimat tidak efektif     :   Oleh karena itu, menurut penulis penting mengetahui respon Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah terhadap isu-isu tentang perempuan yang dimanifestasikan dalam pemahaman terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan peremuan, khususnya yang terkesan misoginis. Dengan demikian dapat diketahui pemikiran-pemikiran mereka tentang hak dan kewajiban perempuan dalam Islam.[13]
Kalimat efektif               : Oleh karena itu, respon Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah terhadap isu-isu tentang perempuan penting dimanifestasikan dalam pemahaman terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan peremuan, khususnya yang terkesan misoginis, demikian dapat diketahui pemikiran-pemikiran mereka tentang hak dan kewajiban perempuan dalam Islam.
c.       Penekanan, maksudnya kalimat harus dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan dengan membuat penekanan atau harus ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Caranya dengan mempergunakan partikel penekanan, seperti: lah, pun, dan kah.
Contoh:
Kalimat tidak efektif     : Sepertinya inilah yang menjadi alasan bagi para ulama berpendapat bahwa shalat sunat sebelum shalat Maghrib itu tidak penting sehingga tidak perlu diamalkan karena mereka memahami bahwa Rasul sendiri tidak pernah mengamalkannya.[14]
Kalimat efektif               :  Inilah yang menjadi alasan bagi para ulama berpendapat bahwa shalat sunat sebelum shalat Maghrib itu tidak penting sehingga tidak perlu diamalkan karena mereka memahami bahwa Rasul sendiri tidak pernah mengamalkannya.
d.      Variasi, merupakan upaya untuk menganekaragamkan bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian pembaca, misalnya dengan mengadakan variasi panjang pendek kalimat, sehingga tidak melelahkan pembaca.[15]
Contoh:
Kalimat tidak efektif     : Kata “kunnaa” (kami benar-benar) pada redaksi di atas menimbulkan persoalan baru bagi penulis yaitu apakah kata tersebut bisa dipahami bahwa para sahabat mengerjakan shalat sunat tersebut secara rutin atau tidak? Ini tentunya memerlukan pemahaman terhadap kata tersebut dengan melihat informasi yang terdapat pada hadis-hadis yang semakna.[16]
Kalimat efektif               : Kata “kunnaa” (kami benar-benar) pada redaksi di atas, menimbulkan persoalan baru bagi penulis, yaitu apakah kata tersebut bisa dipahami bahwa para sahabat mengerjakan shalat sunat tersebut secara rutin atau tidak? Ini tentunya memerlukan pemahaman terhadap kata tersebut dengan melihat informasi yang terdapat pada hadis-hadis yang semakna.
e.       Kehematan kata, maksudnya dalam membuat kalimat efektif harus menghindari kata-kata mubazir dalam membuat keterangan yang menyatakan jumlah banyak, seperti beberapa, banyak, dan para. Jadi, kalau memang kalimat itu dapat dipahami pendek, kenapa harus dibuat berpanjang-panjang.[17]
Contoh:
Kalimat tidak efektif     :  Melalui telaah-telaah hadis, para guru dan murid-murid dalam jaringan ulama tersebut menjadi terhubung satu sama lain.[18]
Kalimat efektif            :     Melalui telaah-telaah hadis, para guru dan murid dalam jaringan ulama tersebut menjadi terhubung satu sama lain.
Kalimat tidak efektif     : Banyak guru-guru dan murid-murid yang mengungsi ke Bukittinggi.[19]
Kalimat efektif               : Banyak guru dan murid yang mengungsi ke Bukittinggi.
f.       Penalaran, adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk                   menghubung-hubungkan untuk menuju pada suatu simpulan yang masuk akal, seperti pemakaian kata-kata yang tidak serasi dan pengelompokannya yang tidak logis (tidak masuk akal).[20]
Contoh:
Kalimat tidak efektif      : Shalat merupakan ibadah paling agung yang diajarkan kepada manusia, baik dengan ucapan, perbuatan, maupun ketetapan Rasulullah SAW.[21]
Kalimat efektif               : Shalat merupakan ibadah agung yang diajarkan kepada manusia, baik dengan ucapan, maupun perbuatan Rasulullah SAW.
C.    PENUTUP
Kesimpulan
          Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan atau pikiran yang sama pada pembaca atau pendengar sebagaimana yang ada pada pikiran penulis atau pembicara. Adapun ciri-ciri kalimat efektif itu adalah memiliki kesatuan gagasan, kepaduan makna, penekanan kata, variasi kalimat, kehematan kata, dan penalaran.

[1] Mahasiswa Program Magister (S.2) Konsentrasi Ilmu Hadis Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang
[2] Zulfahmi HB, Aplikasi Bahasa Indonesia, (Padang: IAIN IB Press, 1999), Cet. II, h. 61  
[3] Yunita T. Winarto, dkk, Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 2007), Cet. I, hal. 131
[4] Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 93. Lihat juga dalam buku Kunjana Rahardi, Penyutingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 129
[5] Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2007), h. 91
[6]  Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 132-133
[7] Syamsul Falah, Tesis: Studi Pemahaman Hadis-hadis tentang Shalat Sunat sebelum Shalat Magrib, (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2009), h. 3
[8] Rifkul Manan, Tesis: Pemahaman Hadis tentang Sutrah Shalat, (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2015), h. 1
[9] Melia Novera, Tesis: Analisis Pemahaman Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah terhadap Hadis-hadis Misoginis, (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2016), h. 7
[10] Febriyeni, Tesis: Studi Pemahaman Tokoh Hadis Sumatera Barat (Prof. H. Mahmud Yunus dan H. Mawardi Muhammad), (Padang: Program Pascasarjana IAIN IB Padang, 2015), h. 1
[11] Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 131
[12] Syamsul Falah, op. cit, h. 47
[13] Melia Novera., op. cit, h. 5-6
[14] Syamsul Falah, op. cit, h. 9
[15] Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 141
[16] Syamsul Falah, op. cit, h. 12
[17] Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 139
[18] Melia Novera, op. cit, h. 2
[19] Febriyeni, op. cit, h. 51
[20] Yunita T. Winarto, dkk, op. cit, h. 132 dan 142
[21] Syamsul Falah, op. cit, h. 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silabus Pengantar Studi Al-Qur'an dan Hadis